Senin, 15 April 2013

Revitalisasi Keteladanan Moral Guru


Dunia tanpa kehadiran seorang guru sama artinya kehidupan tanpa cahaya. Jika sebuah kehidupan tanpa cahaya yang menerangi, tentu dunia dalam kegelapan. Seorang guru adalah yang mengajarkan atau men-transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan, kebudayaan dan nilai-nilai lain. Seluruh bangsa diberbagai belahan dunia tentu mengakui besarnya peran tokoh yang satu ini.  Tidak ada yang tidak menjadi seperti sekarang, tanpa kehadiran seorang guru. Dokter, dosen, pejabat, politisi, dan pemimpin-pemimpin besar, kejayaan dan kemajuan suatu negara  sekalipun, semua lahir atas didikan seorang guru.

Era ledakan ilmu dan pengetahuan yang terasa cepat dan pasti, telah membentuk sebuah “global village”, tuntutan terhadap ilmu pengetahuan semakin mendesak. Salah satu solusi keniscayaan itu adalah guru. Guru adalah yang pertama kali meletakkan pondasi, pedoman, bagi seluruh aktifitas kehidupan setiap manusia. Sehingga anak didik mempunyai daya pikir dan nalar serta kreatifitas yang mampu bersaing dan ikut serta membangun peradaban demi perbaikan hidupnya sendiri, kehidupan masyarakat dan bangsanya. Seorang guru mempunyai beban dan tugas yang sangat berat, rumit dan menantang. Hingga semua kita tahu bahwa pembangunan insan dan negara terletak diatas pundak seorang guru. Kompetensi guru menjadi prioritas, tuntutan untuk selalu mengimbangi perkembangan kekinian, memaksa guru untuk selalu keep in touch terhadap semua perubahan itu, melalui peningkatan keilmuan, sosial, dan kepribadian yang sesuai dengan konsep pendidikan.

Itulah guru, seorang tokoh yang banyak digugu dan ditiru. Mereka adalah orang orang yang selalu dituntut tangguh dan pantang mengeluh untuk belajar sepanjang hayat dalam menghadapi peserta didik yang kian melek digital. Penuh motivasi, kaya inovasi, mampu membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk menemukan ilmu dan pengetahuan baru.

Berbagai peran guru adalah sebagai pengajar, pendidik dan pembimbing dan guru sebagai teladan. Sebagai pengajar guru berkewajiban menyampaikan ilmu pengetahuan semata, sehingga pengetahuan, kemampuan, budaya dan nilai-nilai dapat dipahami oleh peserta didik. Sebagai Pendidik, guru berkewajiban pada peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan (supporter), tugas-tugas pengawasan dan pembinaan (supervisor) serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak agar anak itu menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat. Sebagai pembimbing, guru berkewajiban memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman lain di luar fungsi sekolah yang berupa tingkah laku pribadi dan spiritual dan memilih pekerjaan di masyarakat. Sebagai teladan guru berkewajiban memberikan contoh kepribadian dan perilaku terbaik bagi peserta didiknya. 

Pertanyaannya sekarang, berapa banyak guru-guru di negara Indonesia yang belum melakukan beberapa peran guru sebagaimana mestinya dan  hanya menjalankan tugasnya sekedar sebagai guru saja ?. Jika keadaan yang ada seperti yang digambarkan diatas, maka layaklah bila akhirnya pendidikan di Indonesia yang awalnya diarahkan “untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan , kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan” , menjadi semu adanya. Keadaan sedemikian ini tercermin dari peliknya permasalahan yang dihadapi bangsa ini. Runtuhnya moral kejujuran, maraknya perilaku curang, praktik sogok dan korupsi yang dilakukan oleh beberapa oknum pejabat, parlemen dan birokrasi, telah dianggap prestasi. Hal itu berimbas pada buruknya kinerja peradilan dan kehakiman yang lambat laun kehilangan kewibawaan dimata masyarakat.

Sudah seharusnya guru tidak sebatas hanya menjalankan tugasnya sebagai guru saja. Bangsa ini harus memastikan bahwa peran guru tidaklah hanya berhenti disana. Revitalisasi guru harus menjadikan guru sebagai soko pembangunan bangsa ditengah terjangan globalisasi di seluruh lini kehidupan. Bangsa ini dihadapkan pada problema yang sangat serius, yakni tipisnya keteladan yang menimbulkan sederet persoalan bangsa yang muncul dan belakangan mengancam tercapainya tujuan pendidikan dan karakter bangsa. Menghadapi situasi seperti saat ini, solusi revitalisasi peran guru terutama sebagai model dan contoh yang baik bagi peserta didik menjadi sangat penting. Guru sebagai seseorang yang cenderung ditiru dan digugu peserta didiknya, hendaknya mampu memberi contoh dan teladan yang baik. Sehingga tujuan dari pendidikan seperti yang dimaksudkan dapat tercapai.

Dalam hal ini guru bukanlah hanya sekedar penyampai pengetahuan logika dan estetika semata,  melainkan juga menjadi teladan dan membangun akhlak diri bagi peserta didik berkaitan dengan nilai-nilai etika dan moral sebagai panduan dalam kehidupan supaya memotivasi mereka untuk hidup dengan cara yang benar diitengah tipisnya keteladanan dalam keluarga, masyarakat, dan para tokoh masyarakat dalam lingkungan tumbuh kembang anak didik. Dengan itu, kehidupan generasi bangsa dimasa depan bisa lebih terarah dan sesuai dengan yang dicita-citakan yaitu ; “manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan , kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”

Tidak ada komentar: