Jumat, 27 Januari 2012

Hapuskan korupsi !

Hapuskan Korupsi !
 
Hasil survey Political and Economic Risk Consultancy (PERC) 2010 menyatakan Indonesia adalah negara terkorup di Asia Pasifik. Prestasi tersebut menempatkan Indonesia di peringkat pertama sebagai negara terkorup dari 16 negara di Asia. Tidak hanya disitu, lembaga World Economic Forum (WEF) melalui survey global competitivenes index pada 2010 menempatkan korupsi di Indonesia pada ranking 44 dari 139 negara di dunia.
 
Masih bercokolnya kasus korupsi menjadi sebuah ironi, apalagi pemerintahan saat ini telah menjanjikan komitmen pemberantasan perilaku koruptif kepada masyarakat. Namun realitanya korupsi tidak membaik, penuntasannya berbelit-belit, disamping itu, kasus-kasus baru bermunculan. Kenyataan korupsi sebagai sebuah prestasi seperti saat ini, tentu memberikan torehan tinta sejarah yang kelam bagi bangsa Indonesia. Tidak berhenti disitu saja, keberadaan beberapa sektor terkorup yang tercatat pada empat sektor yaitu partai politik, parlemen, pengadilan, dan kepolisian membuat keadaan semakin dilematis.
Mereka yang diharapkan bisa menjadi pahlawan bagi terciptanya rasa keadilan, justru sebaliknya menyalahgunakan jabatan-jabatan tersebut demi kepentingan pribadi golongan tertentu dengan cara-cara yang menyakiti hati rakyat, meski tidak semuanya. Masih becokolnya korupsi membuat hilangnya sebagian besar dana pembangunan yang seharusnya menjadi hak rakyat untuk mensejahterakan kehidupan mereka. Implikasinya banyak pembangunan yang tidak optimal, pengangguran, kemiskinan dan buruknya standar hidup masyarakat.
 
Banyak orang berkata "Indonesia ini adalah negeri yang kaya". Bait-bait lagu yang berjudul "Kolam Susu" ciptaan Koes Plus pun mengatakan demikian; "Bukan lautan hanya kolam susu, Kail dan jala cukup menghidupimu, Tiada badai tiada topan kau temui, Ikan dan udang menghampiri dirimu.. Orang bilang tanah kita tanah surga, Tongkat kayu dan batu jadi tanaman, Orang bilang tanah kita tanah surga, Tongkah kayu dan batu jadi tanaman", Membaca bait-bait tersebut, menimbulkan pertanyaan dalam benak kita," apakah keadaan bangsa saat ini juga sedemikian? padahal, banyak rakyat yang masih jauh dari kecukupan, dan hidup dalam kemiskinan. 
 
Pertanyaan itu tentu tidak akan muncul, bila pemimpin bangsa, aparat pemerintahan, penegak hukum dan seluruh komponen bangsa berjibaku memberantas praktek-praktek korupsi ditengah minimnya kesejahteraan rakyat dan angka pengangguran serta kemiskinan yang masih tinggi. Banyak kasus terjadi, namun masih sedikit yang bisa dijangkau, sedang kasus sebelumnya belum terselesaikan.
 
Indonesia negeri yang luas, masih banyak kasus yang perlu dijangkau dan tersebar didaerah. Beberapa kasus besar belum terselesaikan, rakyat sudah terlalu lama bersabar menunggu kejelasan. Dengan terpilihnya Ketua KPK yang baru, semua berharap komite pemberantasan korupsi mampu memperbaiki performennya dan mengembalikan kewibawaannya. KPK harus didukung dan profesionalisme tipikor juga harus tetap dijaga. Keduanya itu adalah upaya yang integral untuk pemberantasan korupsi. Dengan demikian kita berharap kesehatan anggaran pembangunan menjadi semakin baik, sehingga pembanguan bisa optimal, masyarakat tidak kecolongan hak dan yang terpenting kehidupan mereka bisa lebih sejahtera.
Bangsa ini dikenal sebagai bangsa yang kaya, negara maritim sekaligus negara kepulauan yang memiliki budaya, suku, dan bahasa yang beraneka ragam. Bukan hanya itu, luasnya daratan dan lautan juga menyimpan kekayaan alam yang  berlimpah. Kita harus yakin bangsa ini layak menjadi sejahtera. Banyaknya penduduk dengan keanekaragaman yang ada dan kekayaan alam yang melimpah, mempunyai potensi besar untuk meningkatkan perekonomian ditengah-tengah jumlah kemiskinan yang masih tinggi dan label negara yang masih berkembang.
 
Jika semua kekayaan itu di-manage dan penggunaannya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk kemakmuran rakyat, tanpa embel-embel korupsi, ada keyakinan bahwa bangsa ini akan semakin makmur, rakyat akan semakin sejahtera, kemiskinan akan semakin bisa ditekan. Semoga.

Tidak ada komentar: